KaltaraTarakan

Ada-ada aja kelakuan BKSDA dan BPSPL!

TARAKAN – Warga udah resah sama kemunculan buaya, eh malah makin bingung gara-gara urusan penanganannya nggak jelas. Dua instansi yang harusnya turun tangan malah kayak main lempar-lemparan tanggung jawab.

Sesuai aturan baru, sebenarnya BPSPL punya wewenang buat ngurusin buaya. Tapi kata Polisi Hutan (Polhut) BKSDA Kaltim wilayah Kerja Tarakan, Santi, pihaknya sekarang nggak bisa nerbitin Surat Perintah Tugas (SPT) buat penanganan buaya.

“Peran kita cuma bantu BPSPL,” katanya.

Menurut Santi, ngurusin satwa liar tuh butuh biaya gede. Sampai sekarang, BKSDA dan BPSPL masih sebatas pantau buaya dan kasih himbauan ke warga di area rawan kemunculan buaya.

Masalahnya, buaya makin sering nongol di pemukiman gara-gara habitat dan sumber makanan mereka makin menipis. Belum lagi kebiasaan buang sampah sembarangan yang makin bikin parah.

“Tumpukan sampah di sungai tuh bisa narik perhatian buaya. Mereka bakal ngira ada makanan di situ,” jelas Santi.

Menurutnya, habitat buaya lebih banyak di daerah muara sungai, dan sejauh ini belum pernah ada kasus serangan buaya di Kota Tarakan.

Di sisi lain, Andi dari BPSPL Pontianak Wilker Tarakan bilang kalau soal penanganan buaya, BPSPL/KKP belum punya wewenang penuh, meskipun UU 32/2024 udah diterbitkan.

Masalahnya, ada putusan sela yang bikin aturan turunannya dan SOP-nya belum jelas. Ditambah lagi, sumber daya manusia, fasilitas, dan anggaran masih terbatas.

Jadi, buat sementara waktu, urusan buaya ini masih bisa dikoordinasikan sama BKSDA. Tapi kalau ada laporan soal buaya, BPSPL tetap bakal respon.

Kesimpulannya? Warga cuma bisa nunggu, sementara dua instansi ini masih bingung siapa yang harus gerak duluan.

Shares:

Related Posts

Tinggalkan Balasan