Nasional

Ada Apa di Balik Seruan Tagar #Kaburajadulu?

Belakangan ini, media sosial lagi rame banget sama tagar #kaburajadulu. Banyak anak muda yang ngerasa makin nggak yakin sama masa depan di Indonesia, jadi kepikiran buat hijrah ke luar negeri. Kebijakan pemerintah yang bikin pusing, ekonomi yang makin nggak jelas, plus ketidakpastian hidup bikin banyak orang mulai nyari peluang di negara lain.

Di Kalimantan Utara, peluang kerja masih terbatas banget. Kebanyakan sektor ekonomi masih didominasi tambang dan perkebunan, jadi anak muda yang baru lulus sering kali kesulitan dapet kerjaan yang sesuai skill mereka. Pemerintah emang udah berusaha bangun infrastruktur dan kawasan industri, tapi tetap aja banyak yang merasa gaji nggak sebanding sama kerja keras. Kalau makin banyak yang migrasi, provinsi kayak Kalimantan Utara, Maluku, dan Gorontalo bisa makin sepi dan pembangunan ekonominya makin tertinggal.

Salah satu yang sering ngebahas ini di media sosial adalah Yoel Sumitro, seorang profesional yang sekarang kerja di Berlin, Jerman. Dia sering share pengalaman kerja di Singapura, Amsterdam, Tokyo, dan Dubai, sambil ngebandingin gaji, biaya hidup, dan peluang kerja. Katanya, dia pindah bukan cuma buat duit, tapi juga buat dapet pengalaman dan kesempatan berkembang yang lebih oke.

Ardianto Satriawan, yang sekarang tinggal di Korea Selatan, juga cerita kalau kerja di luar negeri itu lebih banyak keuntungannya. Dari layanan kesehatan yang super cepat, biaya hidup yang lebih masuk akal, sampai jaminan sosial yang langsung terintegrasi. Dia ngerasa kalau kerja keras yang sama di luar negeri jauh lebih dihargai dibanding di Indonesia.

Tapi nggak semua orang setuju kalau pindah ke luar negeri itu solusi terbaik. Ibrahim Arief alias Ibam, yang udah lima kali pindah negara, bilang kalau hijrah itu harus dipikirin matang-matang. Nggak cuma soal kerjaan, tapi juga soal keluarga, kestabilan karier, dan kondisi global yang terus berubah. Apalagi, sejak pandemi, industri teknologi kena “musim dingin” yang bikin persaingan makin ketat.

Menurut Co-Founder Kitabisa, Vikra Ijaz, fenomena ini sebenernya nunjukin kalau anak muda makin nggak puas sama kebijakan pemerintah. Sementara itu, pengamat Yanuar Nugroho bilang kalau generasi sekarang makin kritis sama berbagai masalah, mulai dari ekonomi, politik, sampai lingkungan. Mereka ngerasa hidup di Indonesia makin sulit dan penuh ketidakpastian, jadi wajar kalau banyak yang mulai nyari jalan keluar.

Sebenernya, fenomena kayak gini bukan hal baru. Negara lain kayak India, Pakistan, dan Vietnam juga pernah ngalamin gelombang migrasi besar-besaran. Bedanya, sekarang negara maju lagi butuh tenaga kerja karena populasinya menua, jadi peluang buat kerja di luar negeri makin terbuka lebar.

Suzie S Sudarman, dosen Ilmu Hubungan Internasional UI, bilang kalau makin banyak mahasiswa yang udah punya mindset buat kerja di luar negeri. Mereka ngerasa elite politik lebih sibuk ngurus kepentingan pribadi daripada mikirin kesejahteraan rakyat. Kekecewaan inilah yang bikin mereka merasa kalau tinggal di luar negeri lebih menjanjikan, terutama dalam hal keadilan hukum dan kesejahteraan sosial.

Tagar #kaburajadulu ini bukan cuma tren iseng di media sosial, tapi bentuk keresahan generasi muda soal masa depan mereka di negeri sendiri. Kalau anak muda di provinsi sepi kayak Kalimantan Utara terus-terusan pada migrasi, bisa-bisa daerah itu makin ditinggalin dan makin sulit berkembang. Apakah ini cuma tren sesaat atau bakal jadi gelombang migrasi besar-besaran? Kita lihat aja nanti

Shares:

Related Posts

Tinggalkan Balasan