TARAKAN – Di tengah panas terik Jalan Gunung Amal, Kelurahan Kampung Enam, seorang pria paruh baya tampak sibuk ngaduk campuran semen dan pasir. Bukan buat proyek besar, tapi demi nutupin jalan bolong yang udah lama bikin resah pengendara.
Namanya Pak Jumat, usia 67 tahun, sehari-harinya kerja sebagai tukang kebun di Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan. Tapi hari itu, beliau turun langsung jadi “pahlawan jalanan” bermodalkan niat baik dan uang sendiri.
“Saya cuma tukang kebun, bukan tukang bangunan,” ucapnya sambil tetap semangat ngoles semen ke aspal. Meski bukan ahlinya, niatnya tetap mantap.
Pak Jumat merasa terpanggil karena jalan bolong ini cukup membahayakan, apalagi letaknya di turunan yang rawan kecelakaan. “Kalau bisa ditangani, ya ditangani. Demi keselamatan bersama,” katanya dengan nada tulus.
Yang bikin salut, beliau rela ngeluarin uang pribadi buat nutupin lubang sekitar dua meter itu. Dengan gaji Rp2 juta per bulan, ini jelas bukan hal yang ringan. “Sebenarnya sudah direncanakan lama, tapi baru bisa sekarang karena nunggu dana kumpul. Tadi rencananya mulai dari setengah enam pagi, tapi hujan,” ceritanya.
Sayangnya, aksi baik hati ini sempat disalahpahami oleh beberapa rekan kerja. Ada yang curiga, mengira beliau dapat proyek dari pemerintah. “Mereka nanya, ‘dapat proyek dari mana?’ Saya cuma senyum,” ucapnya sambil tertawa kecil.
Dengan penghasilan pas-pasan dan empat anak yang harus dinafkahi, pengorbanan ini tentu nggak gampang. Tapi menurut beliau, keselamatan orang lain jauh lebih penting.
“Cukup atau tidak, saya syukuri. Saya ikhlas dunia akhirat,” ujarnya mantap.
Namun, dari pihak lingkungan, tanggapannya cukup dingin. Ketua RT 15 Kampung Enam bahkan mengaku tidak mengenal Pak Jumat dan menilai hal seperti itu sudah biasa dilakukan warga.
Pandangan berbeda justru datang dari Marini, mahasiswi Universitas Borneo Tarakan. Menurutnya, jalan bolong ini sangat berisiko, terutama malam hari.
“Apalagi di turunan, siang aja udah bahaya,” ujarnya. Marini kaget saat melihat jalan itu sudah ditambal, dan menganggap aksi Pak Jumat sebagai sindiran halus untuk pemerintah. “Jangan anggap remeh jalan bolong, sekecil apa pun itu bisa jadi ancaman.”
Aksi Pak Jumat membuktikan bahwa kebaikan bisa datang dari siapa saja. Tidak perlu jabatan tinggi atau uang melimpah, yang penting niat dan kepedulian.