TARAKAN – Parkir liar di Kota Tarakan makin merajalela, bro! Bukannya ilang, malah makin subur kayak rumput di musim hujan. Nggak heran sih, duit yang didapet dari aktivitas ini bisa bikin kantong tebel. Sayangnya, masyarakat yang jadi korban, pemerintah juga gigit jari karena duit parkir ini nggak masuk ke kas daerah.
Dari investigasi tim gbkbersuara.com, ada 10 titik panas yang jadi sarang jukir liar. Mulai dari kawasan pertokoan, pinggir jalan, sampai pusat perdagangan. Yang bikin geleng-geleng, satu jukir liar bisa cuan Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per hari! Kalau dikumpulin sebulan, bisa sampai Rp 3 juta, asal duitnya nggak keburu ilang buat beli miras.
Salah satu warga, Yustina Harti (44), ngeluh soal kelakuan jukir liar di Tarakan Barat. Dia cerita, pernah diteriakin gara-gara nggak bayar parkir.
“Saya parkir di seberang jalan karena ramai, eh pas balik malah dimarahin. Saya cewek, dibentak kayak gitu rasanya sakit hati banget,” curhatnya.
Nggak cuma itu, dia juga pernah ngalamin momen absurd. “Saya kasih Rp 10 ribu ditolak, kasih Rp 3 ribu diterima, tapi malah minta lagi buat beli nasi. Saya tolak, eh malah ditatap tajam. Kan serem!” tambahnya.
Tapi nggak semua jukir liar galak, ada juga yang baik hati. “Ada yang sopan, suka bantuin bawa belanjaan. Nggak semuanya serem, sih,” imbuhnya.
Seorang jukir liar yang nggak mau disebut namanya ngaku kalau dari parkir liar, dia bisa ngantongin Rp 80 ribu – Rp 100 ribu dalam tiga jam. Kalau sebulan total bisa Rp 3 juta, asal nggak abis buat foya-foya.
Dia juga kesel sama penertiban yang dianggap nggak adil. “Kalau mau tertibkan, ya semua! Jangan cuma saya aja. Banyak jukir liar lain, kok,” katanya.
Dia nolak gabung sama sistem parkir resmi. “Ribet, bos! Pake seragam, ada aturan ini itu. Mending bebas kayak gini,” jelasnya.
Soal tuduhan intimidasi, dia ngaku nggak pernah matok harga. “Terserah yang parkir, kadang kasih lebih, kadang pas. Gue nggak maksa, kok,” ucapnya santai.
Meski begitu, dia sadar resiko kerjaannya. “Pernah dituduh nyolong hape, padahal bukan gue. Mungkin karena muka gue sangar kali ya,” katanya sambil ketawa miris.
Parkir liar ini udah jadi penyakit menahun. Duitnya gede, tapi yang nikmatin ya jukir liar sendiri, sementara pemerintah cuma bisa gigit jari. Warga yang kena getahnya, kadang dipalak, kadang diintimidasi. Kapan beresnya, nih?
Jadi, gimana nih, Pemkot Tarakan? Mau lanjut melongo atau mulai bertindak? Jangan sampe makin banyak yang auto tajir dari parkir liar, sementara masyarakat tetep jadi korban! #TarakanDaruratJukirLiar