TARAKAN – Warga Tarakan lagi heboh! Ada dugaan pencemaran lingkungan dari PT Phoenix Resources International. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tarakan langsung turun tangan dan kasih peringatan ke perusahaan bubur kertas ini. Katanya, limbah dari pabrik ini ngalir ke sungai dan bisa nyerang ekosistem laut, bahkan bahaya buat kesehatan warga!
Awal Mula Kehebohan
Semua bermula dari video viral yang nunjukin air sungai berubah warna dan baunya bikin eneg! Air yang diduga limbah ini katanya berasal dari pabrik PT Phoenix dan mengalir ke laut. Tim jurnalis yang mau investigasi juga nggak gampang masuk karena dijaga pekerja perusahaan.
Tapi mereka nggak nyerah! Mereka cari jalan lain buat ambil sampel air. Hasilnya? Airnya hitam pekat dengan bau menyengat khas limbah industri. Wah, makin bikin curiga!
DLH Tarakan Langsung Bertindak!
Setelah laporan masuk, DLH Tarakan langsung kasih empat peringatan ke perusahaan:
- Buang limbah sesuai aturan, nggak boleh sembarangan!
- Stop dulu pembuangan limbah sampai ada kepastian aman.
- Pantau kualitas air secara berkala.
- Bersihin area yang kena dampak dan laporkan ke pihak terkait.
Plt Kepala DLH Kota Tarakan, Fandariansyah, bilang kalau perusahaan ini sebenernya belum beroperasi penuh, tapi udah bikin heboh. “Kami udah cek lokasi dan kasih edukasi soal dampak lingkungannya. Tapi buat uji baku mutu, itu wewenang KLHK,” katanya.
Fandariansyah juga bilang ada perubahan warna lingkungan sekitar. “Dulu hijau segar, sekarang mulai kekuningan. Kita butuh tindakan lebih lanjut dari KLHK buat investigasi,” tambahnya.
Ada Kendala, Tapi Tetap Jalan!
Masalahnya, DLH Tarakan nggak punya alat buat uji kualitas air. Biasanya, pengujian dilakukan pihak ketiga kayak Sucofindo. Jadi, tanpa hasil lab, mereka belum bisa pastiin 100% kalau air sungai itu benar-benar tercemar limbah.
Meski gitu, mereka tetap serius menangani kasus ini dengan koordinasi ke DLH Provinsi dan KLHK. “Kami udah kasih surat peringatan ke perusahaan, tapi kita nggak bisa langsung nyalahin mereka sebelum ada hasil resmi,” jelas Fandariansyah.
Tanggapan Perusahaan? Masih Diam!
Jurnalis gbkbersuara udah coba hubungi pihak PT Phoenix Resources International buat minta tanggapan, tapi sampai berita ini tayang, belum ada jawaban. Sementara itu, uji sampel air juga tertunda karena biayanya lumayan mahal, sekitar Rp1 juta per parameter.