Nunukan

Gajah Mini Nunukan Cuma Sisa 8-13 Ekor, Terancam Punah Gegara Deforestasi dan Konflik Lahan

NUNUKAN – Sedih banget, gengs. Populasi gajah mini alias pygmy elephant di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sekarang diprediksi cuma tinggal 8 sampai 13 ekor doang. Itu hasil survei terbaru yang dilakuin tim pecinta alam lokal.

Si gajah imut-imut ini banyak ditemuin di Desa Naputi, Kecamatan Tulin Onsoi. Tapi hidup mereka makin berat karena hutan tempat mereka tinggal terus digundulin buat kebun sawit, plus makin rawan ribut sama manusia gara-gara rebutan lahan.

Meski begitu, masyarakat adat di sana justru super ngejagain mereka, bahkan nganggep gajah mini ini hewan keramat, bro! Bukan sekadar satwa, tapi udah kayak bagian dari warisan budaya.

“Kita pasang kamera jebak buat ngitung jumlahnya. Ada 8 sampai 13 individu, kita kenalin dari ciri-ciri kayak telinga robek, gading patah, atau jari yang kurang,” cerita Alfred dari Gapetah Borneo.

Jelajah Sampai Malaysia, Bro!

Gajah mini ini ternyata bukan kaleng-kaleng soal jalan-jalan. Mereka bisa mondar-mandir lintas negara, dari Nunukan ke Sabah, Malaysia.

“Mereka punya jalur lintas batas, kayak punya paspor sendiri gitu,” lanjut Alfred.

Tapi tetap aja, mayoritas aktivitas mereka lebih sering terpantau di hutan-hutan Indonesia, apalagi di areal perusahaan-perusahaan sawit kayak PT Adimitra dan MTI.

Sayangnya, kalau gajah masuk kawasan industri, resikonya gede. Mereka bisa dicap hama kayak kasus di Sumatera. Bahkan, konflik bisa sampe berujung tragis: korban jiwa, bro!

Konflik Turun, Tapi Ancaman Makin Ganas

Dulu, gajah-gajah ini suka nyelonong ke ladang dan bikin warga panik, apalagi akhir-akhir tahun pas panen. Tapi lima tahun belakangan, konflik nyaris nggak ada. Di satu sisi positif, tapi di sisi lain, bisa jadi karena jumlah mereka makin menipis atau habitat makin rusak.

Yang ngeri, deforestasi sama ekspansi sawit makin brutal di kawasan hutan yang notabene bukan kawasan lindung.

“Sawit itu beneran mesin penghancur habitat. Logging juga masih jalan,” kata Alfred dengan nada prihatin.

Ada Isu Perburuan dan Perdagangan Gading

Nggak cuma soal lahan, gajah mini juga dihantui perburuan ilegal. Ada laporan dari Sabah, Malaysia, soal 8 gajah mati tragis—kepala hilang, gading raib. Diduga keras, gading-gading itu diperdagangkan bahkan buat mahar nikah di Nusa Tenggara Timur!

“Banyak pekerja migran dari Indonesia yang diduga terlibat,” beber Alfred.

Untungnya, di Nunukan sendiri, masyarakat lokal kayak Suku Dayak Agabag bener-bener respek sama gajah. Mereka lebih milih menghindar daripada berkonflik, gengs.

Gajah Mini: Aset Wisata Masa Depan

Alfred yakin banget, kalau gajah mini ini dikelola bener, bisa jadi aset pariwisata keren sekaligus sumber cuan buat masyarakat adat.

“Ini peluang buat ekonomi hayati. Tapi ya butuh dukungan serius dari semua pihak,” tegasnya.

Sayangnya, birokrasi ribet masih jadi tembok gede. Meski rencana aksi udah diketok palu di level kabupaten, urusan naikin status jadi kawasan lindung masih jalan di tempat karena harus nunggu persetujuan kementerian.

Harapan Anak Muda Nunukan

Di akhir, Alfred nitip pesan: yuk, bareng-bareng jaga populasi gajah mini yang tersisa.

“Ini soal masa depan, bro. Bukan cuma satwa langka, tapi juga bagian dari identitas kita. Kalau nggak kita jaga sekarang, siap-siap bilang selamat tinggal selamanya.”

Shares:

Related Posts

Tinggalkan Balasan