NUNUKAN – Dunia perburuhan lagi-lagi panas, geng! Kali ini datang dari PT Karangjuang Hijau Lestari (KHL) di Nunukan. Sejak 5 Mei 2025, lebih dari 700 karyawan nekat mogok kerja demi menuntut keadilan yang katanya udah lama digantung tanpa kepastian.
Aksi ini bukan tanpa alasan, cuy. Serikat Pekerja Nasional (SPN) buka suara soal sederet pelanggaran yang bikin karyawan naik pitam. Mulai dari mutasi sepihak, gaji nggak sesuai, sampe fasilitas kerja yang bikin ngelus dada. Bahkan, mogok ini direncanain bakal lanjut sampai 5 Juni! Fix, ini bukan demo kaleng-kaleng.
Awal Mula Kericuhan: Serikat Dibentuk, Malah Dimutasi
Cerita panas ini bermula Januari 2025, saat SPN dibentuk di lingkungan PT KHL. Bukannya didukung, pengurusnya malah kena mutasi ke perusahaan lain kayak PT Tirta Madu Sawit Jaya dan PT Bulungan Hijau Perkasa. Gila, belum sempat kerja nyata buat serikat, udah dioper kayak bola panas.
“Mutasinya bukan cuma antar divisi, tapi lintas perusahaan. Ini udah di luar nalar,” kata Salesius Janu, perwakilan SPN, dengan nada geram.
Tuntutan Nggak Main-Main: Dari Gaji Sampai Hak Cuti
SPN nyebutin ada 19 pelanggaran yang mereka catat. Salah satu yang paling bikin emosi: sistem upah ganda yang bikin bingung. Karyawan kerja dari jam 7 pagi sampai 4 sore, tapi kalau target nggak kejar, gaji dipotong. Tapi kalau target udah kelar cepet, ya tetep disuruh kerja sampe sore tanpa bayaran ekstra. Gimana nggak ngamuk?
Belum lagi soal fasilitas. Banyak yang ngeluh soal barak yang nggak layak, air bersih langka, dan pelayanan kesehatan yang payah. Parahnya lagi, karyawan yang sakit tetap dipaksa kerja meskipun bawa surat dari klinik. Ini perusahaan apa kamp pelatihan militer?
Dan jangan lupakan soal cuti. Cuti haid dan melahirkan sering ditolak mentah-mentah. Malah ada laporan kalau karyawan hamil langsung dipecat. “Mau cuti melahirkan aja harus bawa surat nikah. Emang kita lagi daftar KUA?” sindir Ignasius Jemadu, Wakil Ketua SPN Nunukan.
Mogok Jadi Jalan Terakhir
Setelah nego bipartit tiga kali gagal total, SPN akhirnya nyatakan mogok sebagai langkah terakhir. Prosedurnya udah sesuai aturan, bahkan surat pemberitahuan aksi mogok udah dilayangkan sejak 19 April. Tapi sayangnya, bukan respon damai yang datang, malah tekanan dari pihak berwenang.
Sales ngaku sempat disekap oknum TNI dan ditekan buat mundur. Bahkan ada ancaman bakal dikubur hidup-hidup kalau nekat masuk wilayah perusahaan. Astaga, ini buruh demo atau lagi main film action?
“Ini urusan industrial, kenapa aparat berseragam ikut campur?” tanya Sales, dengan nada kesal.
Harapan Masih Ada?
PT KHL sendiri udah berdiri lebih dari 20 tahun. Tapi, menurut SPN, sistem yang diterapkan lebih pro ke bos daripada ke buruh. Serikat buruh lain pun katanya udah sering coba masuk, tapi selalu gagal karena “cara-cara intimidatif” kayak gini.
Kini SPN ngotot minta dibuka ruang dialog dan mendorong adanya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) biar semua punya kejelasan. Mereka juga minta pemerintah turun tangan dan nggak tutup mata. Soalnya, di Nunukan sendiri katanya pengawasan tenaga kerja minim banget. Semua laporan hanya berdasarkan versi perusahaan. Hmmm… kebayang kan?
Aksi Damai, Tapi Tegas
SPN ngajak semua buruh buat tetap aksi damai dan nggak terpancing. Tapi mereka juga nggak akan tinggal diam kalau hak-hak pekerja terus dilanggar. Mogok kerja masih terus berlanjut, dan sejauh ini belum ada respon positif dari perusahaan.