TARAKAN – Cerita soal penyelundupan sabu di Tarakan makin nggak masuk akal. Kali ini, 3,2 kilogram sabu disembunyikan dalam perut ikan bandeng dan dikirim lewat kapal Pelni. Untung aja, aksi absurd ini berhasil digagalkan polisi. Sekarang, fokus utama aparat adalah ngeburu aktor utamanya yang berinisial A, diduga jadi otak di balik semuanya.
Menurut Kasat Resnarkoba Polres Tarakan, AKP Yudhit Dwi Prasetyo, tersangka A berasal dari Pinrang, Sulawesi Selatan. Bukan warga lokal Kalimantan Utara. Identitas lengkapnya udah dikantongi, tapi polisi masih butuh waktu buat profiling dan pelacakan.
“Nama dan identitas A sudah kita pegang. Tapi sekarang masih proses pendalaman untuk ungkap jaringannya lebih luas,” ujar Yudhit, Rabu (11/6/2025).
Tersangka yang udah ditangkap lebih dulu adalah AL, yang berperan sebagai kurir. Berkas perkaranya udah naik ke tahap satu di kejaksaan. Tapi si A ini masih jadi buronan utama karena perannya paling dominan dalam kasus ini.
Yang bikin ribet, jaringan narkoba ini pakai sistem komunikasi yang putus-putus. Nggak ada chat atau teleponan yang bisa dilacak. Jadi polisi harus ekstra sabar buat bongkar polanya satu per satu.
“Dari awal sampai AL ditangkap, nggak ada komunikasi langsung yang bisa ditelusuri. Benar-benar rapi,” jelas Yudhit.
AL sendiri ngakunya cuma berhubungan langsung dengan A. Ada juga satu nama lain, katanya inisial Ani, tapi perannya masih belum jelas. Sementara ini, polisi masih fokus ngejar A dulu.
Urusan sabu ini juga nggak main-main. Barangnya dibawa dari Tawau, Malaysia, terus masuk ke Tarakan, dibungkus, lalu diselundupkan lewat ikan bandeng yang dikirim pakai kapal. Jaringan ini bahkan udah dua kali pakai modus yang sama. Yang pertama lolos, yang kedua baru ketahuan tanggal 30 April 2025.
Jumlah barang bukti yang diamankan tetap sama: 60 bungkus sabu. Dari pengakuan AL, dia dibayar Rp60 juta per sekali jalan alias sekitar satu juta per bungkus. Motifnya klasik: uang. AL yang sehari-hari kerja sebagai tukang kebun ngaku uang itu dipakai buat hidup dan buka jasa ojek online.
“Motifnya karena ekonomi. AL ini kerja tukang kebun, tapi penghasilan nggak cukup. Dia nekat jadi kurir buat tambah penghasilan,” terang Yudhit.
Untuk saat ini, penyidik lagi gaspol ngejar keberadaan A. Entah masih di Indonesia atau udah kabur ke luar negeri, polisi belum bisa pastiin. Tapi yakin, dari A inilah semua rantai jaringan bisa ditarik dan diungkap.
“Kami fokus kejar A. Dari situ kita bisa tarik benang merahnya dan bongkar semuanya,” tutup Yudhit.