TARAKAN– Masalah parkir liar di bahu jalan Kota Tarakan masih jadi drama yang nggak kelar-kelar. Udah ada aturan tegas lewat Peraturan Daerah (Perda) Tarakan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Parkiran, tapi realitanya? Masih banyak kendaraan nangkring di pinggir jalan sesuka hati.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tarakan, Ahmady, buka suara soal dilema ini. Menurutnya, Pemkot berusaha balance antara ketegasan aturan dan tetap ngedukung iklim investasi, apalagi setelah pandemi yang bikin banyak usaha nyungsep.
“Banyak usaha yang tumbang pasca pandemi, jadi kita juga nggak bisa serta-merta main gebuk. Kafe dan tempat usaha makin banyak, ini tanda ekonomi mulai bangkit. Makanya, kita kasih rekomendasi ke DPMTSP biar izin usaha yang keluar udah sepaket sama solusi parkirnya,” kata Ahmady.
Meski begitu, masyarakat mulai gerah. Ada yang protes, kok pedagang buah sering ditertibkan, tapi parkir liar di jalanan dibiarkan? Menjawab itu, Ahmady menegaskan Dishub bakal kerja bareng Polantas dan Satpol PP buat atasi masalah ini.
“Kita udah siapin parkir inap, walau kapasitasnya masih belum maksimal. Sekarang kita juga lagi atur kendaraan di Lingkas Ujung biar nggak semrawut lagi,” jelasnya.
Buat yang masih bandel parkir di area terlarang, siap-siap kena sanksi! “Kalau ada rambu larangan parkir, ya harus ditindak. Ini bukan cuma soal bisnis, tapi juga soal hak pengguna jalan lain,” tambahnya.
Tapi ya, nggak segampang itu. Dishub juga harus terus edukasi juru parkir (jukir) supaya nggak asal manfaatin bahu jalan buat kantong parkir.
“Jukir kita kasih pembinaan biar mereka nggak seenaknya markirin kendaraan di bahu jalan, terutama di ruas jalan yang sempit,” lanjutnya.
Solusi? Dishub bakal terus gaspol koordinasi sama Polantas dan Satpol PP buat penertiban dengan cara yang tetap mendukung pertumbuhan usaha di Tarakan. “Aturan tetap ditegakkan, tapi kita juga harus lihat situasi. Yang penting, Tarakan tetap nyaman dan ekonominya jalan terus!” tutup Ahmady.
So, gimana menurut kalian? Setuju kalau parkir liar ini harus ditertibkan lebih ketat atau masih perlu kelonggaran buat pelaku usaha?