KaltaraTarakan

Peluh Seorang Ayah: Solikin, Pemburu Kroto yang Berjuang demi Sekolah Anak

TARAKAN – Di balik lebatnya hutan dan semak belukar Tarakan, langkah seorang pria paruh baya tetap teguh menembus medan terjal, menghadapi sengatan matahari dan gigitan semut yang perih. Solikin, seorang pencari kroto, tak kenal lelah mengumpulkan rezeki dari sarang semut rangrang demi menyekolahkan anak-anaknya. Di usianya yang sudah 50 tahun, ia masih bertaruh dengan alam setiap hari, menggantungkan harapan pada butiran kecil larva semut.

Tak ada yang istimewa dari pekerjaannya. Ia hanya membawa sebatang bambu, jaring, dan sekarung tekad. Namun, bagi keluarganya, Solikin adalah pahlawan. Hujan yang mengguyur atau panas yang menyengat tak mampu menghentikan langkahnya. “Kalau saya tidak kerja, anak-anak saya tidak bisa sekolah,” ujarnya lirih, menyeka keringat yang bercampur debu jalanan.

Bertahun-tahun, Solikin berjuang tanpa mengenal kata lelah. Setiap pagi, ia menyusuri rawa, menatap pohon-pohon tinggi dengan harapan menemukan sarang yang siap dipanen. Tidak jarang, ia harus kembali dengan hasil yang sedikit, terutama saat musim hujan melanda. Namun, kesulitan itu tidak membuatnya menyerah. Dari setiap ons kroto yang ia kumpulkan, ia menabung sedikit demi sedikit untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.

Tiga anaknya adalah alasan utama Solikin bertahan. Anak sulungnya kini hampir menyelesaikan kuliah, sementara dua adiknya masih duduk di SMA dan SMP. Dengan pendapatan sekitar Rp6 juta per bulan, ia harus pintar mengatur pengeluaran agar cukup untuk makan, biaya sekolah, dan kebutuhan lainnya. “Anak saya yang pertama ingin lanjut S2. Saya ingin mendukungnya, meski saya hanya pencari kroto,” katanya dengan suara bergetar.

Di rumah, istriku, seorang ibu rumah tangga, setia mendukung perjuanganku. Ia mengurus rumah dan memastikan anak-anak kami tetap mendapat perhatian serta kasih sayang, meski hidup dalam keterbatasan.

Meski hidupnya keras, Solikin tetap berusaha menghadirkan kebahagiaan sederhana bagi keluarganya. Di sela kesibukannya, ia meluangkan waktu untuk bermain Mobile Legends bersama anak-anaknya, menghilangkan lelah sejenak dengan tawa mereka. Namun, di balik canda itu, tersimpan kegelisahan seorang ayah. Akankah ia mampu terus bekerja hingga anak-anaknya benar-benar meraih mimpi?

Di balik tangan kasarnya yang terlatih mengumpulkan kroto, tersimpan harapan yang tak pernah padam. Solikin tidak pernah meminta lebih, ia hanya ingin bisa terus bekerja dan melihat anak-anaknya sukses. “Saya hanya ingin alam tetap baik kepada saya, agar saya bisa terus menghidupi keluarga,” katanya dengan tatapan jauh.

Solikin mungkin bukan siapa-siapa di mata dunia, tetapi bagi anak-anaknya, ia adalah pahlawan sejati. Seorang ayah yang bertaruh dengan lelah dan alam demi satu hal: masa depan anak-anaknya.

Shares:

Related Posts

Tinggalkan Balasan