Tarakan

Program Makan Gratis Bikin Dagangan Sepi, Pedagang Kantin Sekolah Curhat: ‘Uang Iuran Tetep Ditarik, Duh!

TARAKAN – Di balik program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang lagi viral dan digadang-gadang pemerintah buat tingkatkan gizi anak sekolah, ada cerita lain yang bikin hati miris. Para pedagang kantin sekolah, yang biasanya rame dikunjungi siswa, sekarang malah sepi pembeli. Padahal, mereka tetep harus bayar iuran ke sekolah. Sedihnya lagi, pendapatan mereka anjlok drastis sejak program ini jalan.

Irmawati Kartini (44), salah satu pedagang kantin sekolah, curhat tentang dampak program MBG ini. “Sebenernya kami seneng sih ada program buat bantu gizi anak-anak, tapi ya gimana, kantin kami jadi sepi. Dampaknya ke kami juga, lho,” ujarnya.

Nggak cuma itu, para pedagang kantin juga harus patuh sama aturan ketat dari Dinas Kesehatan, BPOM, dan Puskesmas yang rutin cek kebersihan dan keamanan makanan. Belum lagi, mereka harus bayar iuran harian ke sekolah sebesar Rp 14 ribu per hari, plus SKRD tiap bulan.

“Kami selalu patuh sama aturan, bahkan kami punya lisensi sehat dari Dinas Kesehatan dan BPOM. Tapi kok kayaknya pemerintah kurang perhatiin nasib kami ya?” tambah Irmawati.

Ia berharap pemerintah kota bisa lebih adil dan kolaboratif. “Harusnya Pemkot bisa kerja sama sama kami, pedagang kecil yang juga punya kontribusi buat sekolah,” ucapnya.

Sebelum program MBG, Irmawati bisa dapet untung lumayan dari jualan nasi goreng dan bakso dengan harga terjangkau, mulai dari Rp 3 ribu sampai Rp 5 ribu. Tapi sekarang, pendapatannya cuma tinggal 10% dari biasanya. “Dulu bisa dapet 10%, sekarang cuma segitu doang,” keluhnya.

Setiap pagi, pihak sekolah tetep menarik iuran harian dari pedagang kantin. Uang itu kemudian disetor lewat SKRD. Meski iuran dibayar per hari biar nggak terlalu berat, tetap aja jadi beban buat pedagang yang lagi sepi pembeli.

Yang bikin tambah sedih, program MBG ini dijalankan tanpa sosialisasi lebih lanjut ke para pedagang kantin. Mereka cuma dikasih tau bahwa program ini bakal jalan, tanpa ada diskusi atau solusi buat nasib mereka.

“Semoga walikota terpilih bisa lebih perhatiin nasib kami, pedagang kecil yang juga punya hak buat hidup layak,” harap Irmawati.

Jadi, gimana nih? Program MBG emang bagus buat anak-anak, tapi nasib pedagang kantin juga perlu dipikirkan, dong. Jangan sampai niat baik malah bikin yang lain kena imbasnya.

Shares:

Related Posts

Tinggalkan Balasan