TARAKAN – Relokasi pedagang kaki lima (PKL) di Pelabuhan SDF Tarakan yang digelar Jumat siang kemarin masih jadi drama berkepanjangan. Niatnya sih biar lebih tertata, tapi malah bikin banyak pedagang pusing tujuh keliling!
Sebagian PKL udah pindah ke lorong pejalan kaki yang disiapin, tapi masih ada yang kekeh bertahan di tempat lama. Apalagi pedagang asongan yang tetep stay di depan pintu keberangkatan dan dermaga. Kenapa? Karena lokasi baru nggak seramai yang lama, cuy!
Rahma (50), salah satu PKL yang biasa mangkal di pelabuhan, curhat kalau tempat baru itu nggak strategis. Menurutnya, yang lewat di sana cuma orang-orang yang baru pulang, bukan yang mau berangkat.
“Di tempat baru tuh nggak ada yang belanja, penumpang yang naik bus nggak ke sini. Makanya aku tetep bertahan biar dagangan laku,” kata Rahma.
Lebih parahnya lagi, pemasukan Rahma anjlok drastis setelah nyobain dagang di tempat baru. “Seharian ini aku cuma dapet Rp 5 ribu, gimana mau hidup?” keluhnya sambil mengelap keringat.
FYI, pedagang asongan di Pelabuhan SDF juga harus bayar sewa ke UPTD Pelabuhan sebesar Rp 3,6 juta per tahun. Udah bayar mahal, tapi tempat jualannya nggak mendukung? Duh, sedih banget!
Sebenernya, pihak pengelola udah ngadain sosialisasi sebelum relokasi. Tapi ya gitu deh, hasilnya masih bikin pedagang galau. Rohani (59), pedagang lainnya, cerita kalau pas sosialisasi, tempat jualan diundi biar adil. Tapi ujung-ujungnya malah ada yang ngegas rebutan lapak strategis.
“Kan awalnya kita sepakat, eh taunya ada yang ngotot pengen nomor satu karena lebih deket ke ruang tunggu. Jadinya ribut,” bebernya.
Setelah relokasi, banyak PKL yang ngeluh soal tempat baru. Selain sepi, kondisinya juga bikin tepuk jidat. Kalau hujan, air nggenang di mana-mana, belum lagi nggak ada CCTV buat keamanan, dan minim fasilitas lainnya.
“Kami sih nggak masalah dipindah, tapi tolong dong tempatnya dibikin lebih layak. Ini kalau hujan, tempias semua,” protes Rohani.
Nggak cuma itu, Hasnah, pedagang yang punya kios di area tiket, juga ngerasa kiosnya sekarang nggak optimal. Bahkan, dia sempet ngajukan permintaan ke Gubernur biar bisa jualan di ruang tunggu. Tapi ya gitu, masih nggak ada jawaban.
Para pedagang cuma pengen satu hal: tempat yang lebih layak dan strategis biar usaha mereka tetep jalan. Mereka berharap pengelola bisa benahin lokasi baru, dari perbaikan drainase, nambahin CCTV buat keamanan, sampai nyari titik jualan yang lebih rame.
BACA JUGA :https://gbkbersuara.com/langkah-cerdas-pengelola-pelabuhan-tengkayu-i-bus-dihapus-pedagang-makin-cuan/
BACA JUGA :https://gbkbersuara.com/relokasi-pkl-pelabuhan-sdf-tarakan-dilema-fasilitas-minim-dan-tempat-kurang-strategis/
“Kami cari sumber keramaian,” tegas Rahma, mewakili keresahan pedagang lain.
Yuk, semoga ada solusi nyata biar semua pihak nggak ada yang dirugikan! Pedagang happy, pembeli nyaman, dan pelabuhan tetep tertib. Gas terus cari jalan tengahnya!
