TARAKAN – Skandal pupuk subsidi di Kampung Enam akhirnya terkuak! Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Feri Simon, blak-blakan ngakuin kalau emang beneran ada jual-jual pupuk subsidi. Tapi, tunggu dulu! Katanya sih, bukan buat cari cuan, melainkan karena pupuknya nggak cocok buat tanah mereka.
“Bro, tanah di sini keras banget! Pakai pupuk kimia malah bikin makin nggak subur. Makanya kita pakai pupuk alami dari kulit udang, ini udah turun-temurun sejak 1966,” curhat Feri.
Jadi, pupuk subsidi yang datang itu, totalnya 120 karung di 2023 dan 20 karung di 2024, akhirnya dijual ke petani lain di Tarakan Utara. Harga? Cuma Rp 250 ribu per karung, lebih murah dari harga toko yang Rp 300 ribu. Uangnya pun nggak masuk kantong pribadi, tapi dibelikan 172 cangkul dan bibit kangkung buat seluruh anggota.
“Jujur, kita tahu ini dilarang, tapi daripada mubazir? Kita butuh bibit dan alat, bukan pupuk yang bikin tanah makin keras,” lanjutnya.
Dinas Pertanian Cuek?
Feri juga ngeluh soal bantuan-bantuan lain yang nggak sesuai kebutuhan, kayak gerobak, keranjang, dan mesin rado yang katanya nggak kepake. “Dinas harusnya datang ke lapangan, liat sendiri kita butuhnya apa, bukan cuma kasih bantuan asal-asalan!” katanya dengan nada kecewa.
Udah berkali-kali dia coba komunikasiin masalah ini ke Dinas Pertanian, tapi jawaban yang didapat malah bikin makin pusing. “Katanya bantuan dari pusat, mereka nggak bisa apa-apa. Lah, terus kerjaannya dinas ngapain?”
Feri berharap ke depannya pemerintah lebih peka dan dengerin suara petani. “Kita nggak butuh pupuk kimia, tapi bibit dan obat sayur. Kalau ini dikasih, kita bisa produksi lebih banyak dan lebih untung!” pungkasnya.